Minggu, 22 April 2012
Manajemen
Organisasi Nirlaba
Suatu organisasi nirlaba adalah suatu organisasi
yang tujuan utamanya adalah mendukung atau terlibat aktif dalam berbagai
aktifitas publik tanpa berorientasi mencari keuntungan moneter atau komersil.
Organisasi nirlaba mencakup berbagai bidang, antara lain lingkungan, bantuan kemanusiaan,
konservasi, pendidikan, kesenian, isu-isu sosial, derma-derma, pendidikan, pelayanan
kesehatan, politik, agama, riset, olahraga, dan lain-lain.
Banyak hal yang membedakan antara organisasi
nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas
siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau
donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai
sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber
pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung
jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris,
yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi
nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah
’pemilik’ organisasi
Organisasi
nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi
profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria
pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata,
tetapi sejauhmana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan
konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan
sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia
menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk
mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan,
dan kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang
pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat
hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan
kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan
integritas pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta
pemahaman yang komprehensif dengan memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan
teori manajemen yang handal, unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari proses
pembelajaran bersama masyarakat.
Dalam
konteks pembangunan organisasi nirlaba yang unggul, berkelanjutan dan
memberikan energi perubahan dan pembaruan bagi masyarakat, Bernardine R.
Wirjana, profesional dalam bidang pemberdayaan masyarakat, yang selama dua
dasawarsa menjadi pelaku manajemen organisasi nirlaba, mengabadikan proses
pembelajaran atas pengalaman-pengalaman dan teori-teori manajemen terkini dalam
bidang pemberdayaan masyarakat.
Karakter dan tujuan dari organisasi non profit
menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit. Organisasi
non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas,
sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-jelas bertujuan untuk
mencari keuntungan. Organisasi nonprofit menjadikan sumber daya manusia sebagai
asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya
adalah dari, oleh dan untuk manusia.
Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar
terhadap berkembangnya organisasi nirlaba. Dari onganisasi inilah sumber daya
manusia yang handal terlahir, memiliki daya saing yang tinggi, aspek
kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini,
organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu
komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang
bahkan tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan
sendiri, bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi
bencana tsunami di Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan
berlomba membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh.
Organisasi profit juga mendapatkan keuntungan langsung dengan majunya
komunitas, mereka mendapatkan market yang terus bertumbuh karena daya beli
komunitas yang kian hari kian berkembang atas pembinaan organisasi nirlaba.
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit
dalam keadaan lesu darah. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana.
Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di
luar negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap quantitas dan
qualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak
jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission statement yang
jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan
mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba Indonesia
adalah tidak fokusnya misi.
Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah
mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia, mereka juga dengan mudah
menjalin komunikasi serta menjadi anggota organisasi nirlaba asing. Disamping
itu, komunitas yang tumbuh dan berkembang di dunia maya sendiri, telah menarik
populasi yang sangat besar. Makin hari, organisasi konvensional makin
ditinggalkan, yang dapat berkompetisi kedepan hanyalah organisasi yang mampu
mengkombinasikan aktivitasnya dengan teknologi informasi. Kepemimpinan di
seluruh organisasi memegang peranan yang vital, demikian pula dalam organisasi
nirlaba. Kriteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki
kemauan. Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa oleh
orang lain. Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap
apa saja yang harus dikerjakan dikemudian hari, serta mengetahui konsekwensi
atas pengorbanan yang harus dijalani sebagai pemimpin organisasi nirlaba.
Kriteria kedua adalah memiliki kapasitas untuk mendengar dan menyelesaikan
permasalahan. Mendengar merupakan kriteria yang penting bagi pemimpin dalam
organisasi nirlaba karena pemimpin akan selalu berinteraksi dengan banyak
orang, mulai dari para relawan sampai dengan orang-orang yang menjadi objek
dari organisasi. Kriteria ketiga adalah memiliki kemampuan mengkader. Dengan
mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat terjamin. Pemimpin yang
sukses adalah pemimpin yang bukan menghambat kemunculan kader-kader yang lebih
muda, tetapi justru memberi inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk tumbuh dan
berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang berhasil mengkader adalah pemimpin yang
berhasil membesarkan namanya sendiri secara tidak langsung. Kriteria keempat
adalah memiliki kemampuan dalam hal pengumpulan dana. Hal ini sangat terkait
dengan kemampuan determinasi serta kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi
antara donatur, volunteer dan masyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang
mengaplikasikan kriteria-kriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi
sayang karena belum memiliki managemen pengumpulan dana yang baik, kriteria
kemampuan finansial dari calon pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam
perang dunia pertama menyatakan bahwa yang paling penting dalam perang adalah
uang, yang kedua adalah uang dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting
bagi organisasi non profit, tapi mengelola organisasi non profit tentunya
berbeda dengan mengelola armada perang. Dalam organisasi non profit, dibutuhkan
manajemen pengumpulan dana yang bersifat jangka panjang. Istilah fund rising di
organisasi nirlaba sebenarnya lebih tepat kalau disebut sebagai fund
development. Istilah ini signifikan karena bukan hanya dana yang menjadi
perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat sebagai donatur dan volunteer
juga menjadi perhatian utama untuk membangun dukungan yang bersifat jangka
panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar